Sabtu, 26 Desember 2015

Digital divide di Lingkup Pemerintahan Pada Era Teknologi Informasi

00.02 Posted by Bima prasetya adi pratama No comments

Mengatasi Digital divide di Lingkup Pemerintahan Pada Era Teknologi Informasi 
Pendahuluan 
Istilah digital divide atau dalam bahasa indonesia dapat diartikan kesenjangan digital mengacu pada fakta bahwa beberapa kelompok orang (si kaya) dapat menikmati akses dan menggunakan berbagai bentuk teknologi informasi modern secara teratur, sementara yang lain (si miskin) tidak dapat melakukannya. Fokus dari diskusi tentang kesenjangan digital telah bergeser dari waktu ke waktu. Pada era tahun 1990-an, fokusnya adalah pada akses terhadap komputer dan internet untuk masyarakat miskin, masyarakat di daerah pedesaan, dan kelompok-kelompok pada demografis tertentu di Amerika Serikat serta negara-negara maju lainnya. Karena semakin banyak orang memperoleh teknologi digital dan akses internet, fokusnya bergeser dan membagi di antara mereka yang memiliki broadband dan mereka yang tidak. Ada juga lebih fokus sekarang pada kesenjangan digital antara negara maju dan negara-negara miskin (Baase, 2013). Menurut Inpres No.3 Tahun 2003, disebutkan bahwa digital divide adalah keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi. Di Indonesia masih banyak dijumpai permasalahan kesenjangan digital ini di lingkup pemerintahan, khususnya pada saat implementasi e-government, sehingga hal tersebut secara tidak langsung menghambat pencapaian tujuan dari penerapan e-government di Indonesia. Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, misalnya, tampak sekali bahwa aplikasi e-government Indonesia masih tertinggal. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keterlambatan ini, dan tentu saja yang paling menentukan adalah kurang adanya komitmen untuk memperkecil kesenjangan digital kita dengan negara-negara maju disamping faktor infrastruktur dan kondisi geografis yang menyulitkan (Kumorotomo, 2009) Selain itu, pada Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government menyebutkan bahwa tuntutan perubahan merupakan motivasi e-government. E-government sendiri merupakan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) yang akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.   Gbr 1. Gambaran tentang Digital Divide (dahulu) Sumber: Eubanks (2007)
Pembahasan 
Pada awalnya kesenjangan digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap TIK dengan yang tidak. Kesenjangan digital juga merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakannya (Hargittai, 2003). Dengan hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan juga Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin melebar (Marlina, 2010).
Penyebab Terjadinya Digital divide Dalam kesenjangan digital juga terkait dengan kesetaraan memperoleh peluang, dengan demikian yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan terjadinya gap-gap tersebut?. Mengapa kesenjangan digital terjadi begitu besar?. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang paling utama adalah faktor infrastruktur. Contohnya, orang yang bisa mengkases komputer dan internet, tentu akan lebih cepat mengerjakan sesuatu hal bila dibandingkan dengan seseorang yang memakai mesin ketik. Hal inilah yang paling mendasar. Perekonomian masyarakat Indonesia belum merata, kesenjangan ekonomi sendiri juga terjadi. Di pihak lain, seperangkat teknologi harganya relatif mahal. Perangkat teknologi komputer misalnya baik hardware maupun softwarenya masih belum bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia

Dampak Positif dan Negatif Digital divide
Dengan hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin melebar. Sedangkan dampak negatif kesenjangan digital adalah bagi mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.  Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakaiannya. Jika digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan pihak lain. 
Referensi
Baase, Sara. 2013. “A Gift Of Fire : Social, Legal and Ethical Issues for Computing Technology” fourth edition. Prentice Hall, New Jersey.
Marlina. 2010. Digital divide. Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten. Eubanks, Virginia E. 2007. “Trapped in the Digital divide: The Distributive Paradigm in Community Informatics”.  http://ci-journal.net/index.php/ciej/article/view/293/318 tanggal akses 13 Desember 2013. Kumorotomo,Wahyudi. 2009. “Kegagalan  Penerapan e-government dan Kegiatan Tidak Produktif Dengan Internet”.  http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/kegagalanpenerapan-egov.pdf tanggal akses 16 Desember 2013. Heeks, Richard.2003. “Most e-government-for-Development Projects Fail: How Can Risks be Reduced?”. iGovernment Working Paper Series. Institute for Development Policy and Management. Manchester. Hargittai, Eszter. 2003. “The Digital divide and What To Do About It”. www.princeton.edu/~eszter/research/pubs/hargittai-digitaldivide.pdf tanggal akses 15 Desember 2013 Camacho, K. 2005.“ Digital divide, Multicultural Perspectives on Information Societies”, C & F Editions.  

Selasa, 24 November 2015

REVIEW JURNAL : Pengukuran Kesenjangan Digital di Institusi

05.50 Posted by Bima prasetya adi pratama No comments

Jurnal                     :  JURNAL SISTEM KOMPUTER , Vol.1 (No.2). pp. 71-75. ISSN 2087-4685
Judul                      : Pengukuran Kesenjangan Digital di Institusi Pemerintah Daerah
Penulis                   : Ike Pertiwi Windasari, Kridanto Surendro
Pe-review Jurnal  : Bima Prasetya Adi Pratama
Perguruan Tinggi : Universitas Gunadarma

SILABUS PEMBAHASAN




Pendahuluan
  • Latar BelakangLandasan Teori
  • Kesenjangan Digital
Kebutuhan Kemampuan TIK
Pencapaian Kemampuan TIK
Penghambat Adopsi TIK
E-GovermentAnalisis

Analisis
  • Analisis Masalah
  • Pemecahan Masalah
Kesimpulan

  1. PENDAHULUAN
kemampuan memanfaatkan TIK seperti komputer dan Internet merupakan hal yang penting untuk dapat memperoleh dan memanfaatkan informasi. Beberapa faktor dapat menyebabkan perbedaan akses dan kemampuan TIK seseorang. Dalam bidang pemerintahan, kemampuan TIK menjadi penting bila dihubungkan dengan penerapan egovernment yang saat ini sedang dilakukan oleh pemerintah. Pemerataan kemampuan TIK SDM di pemerintahan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan penerapan TIK di Indonesia. Hasil akhir yang diharapkan adalah model pengukuran untuk kesenjangan digital di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di lingkungan pemerintah kota Semarang.

  1. LANDASAN TEORI
Kesenjangan Digital
Pada awalnya kesenjangan digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap TIK dengan yang tidak. 
Kesenjangan digital juga merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakannya (Hargittai, 2003; Dewan dkk, 2005). 
Dalam kesenjangan digital, terdapat tiga aspek utama yang saling berhubungan dan merupakan fokus yang perlu diperhatikan, sebagai berikut (Camacho, 2005; Servon, 2002):
  1. Akses/ infrastruktur (access/ infrastructure): Perbedaan kemampuan antar individu dalam perolehan akses atau infrastruktur TIK yang menyebabkan perbedaan distribusi informasi.
  2. Kemampuan (skill & training): Perbedaan kemampuan antar individu dalam memanfaatkan atau menggunakan akses dan infrastruktur yang telah diperoleh. Selanjutnya adalah perbedaan antar individu dalam upaya pencapaian kemampuan TIK yang dibutuhkan untuk dapat memanfaatkan akses dan infrastruktur TIK.
  3. Isi informasi (content/ resource): Perbedaan antar individu dalam memanfaatkan informasi yang tersedia setelah seseorang dapat mengakses dan menggunakan teknologi tersebut sesuai dengan kebutuhannya.




  1. KEBUTUHAN KEMAMPUAN TIK
Penelitian yang dilakukan oleh Felstead dkk. (2002) menemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan komputer dan Internet akan mempengaruhi tingkat kebutuhan kemampuan komputer. Tekanan kebutuhan kemampuan TIK akan secara tidak langsung mempengaruhi pekerja untuk dapat mencapai tingkat kemampuan yang dibutuhkan oleh lingkungan pekerjaannya. Dinyatakan juga bahwa tingkat kepentingan peralatan komputer dan Internet dalam pekerjaan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan. Dari pernyataan ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kebutuhan kemampuan TIK akan mempengaruhi kesenjangan kemampuan yang merupakan komponen dari kesenjangan digital. 
  1. PENCAPAIAN KEMAMPUAN TIK
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa upaya pencapaian kemampuan TIK seseorang merupakan fokus yang perlu diperhatikan dalam kesenjangan digital (Camacho, 2005; Servon, 2002). Farhoomand dkk. dan Cragg dkk. dalam Dewan (2005) menemukan bahwa kurangnya pelatihan terhadap karyawan merupakan salah satu faktor penghambat adopi TIK. Su (2008) juga menemukan bahwa kurangnya pelatihan juga dianggap sebagai penghambat adopsi TIK terhadap tenaga pengajar.
  1. PENGHAMBAT ADOPSI TIK
Dalam rangka pengurangan kesenjangan digital, perlu diketahui hambatan-hambatan yang ada pada individu dalam adopsi teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang dapat menunjang terjadinya kesenjangan digital. Ertmer dalam Su (2008) mengklasifikasikan hambatan integrasi teknologi ini kedalam dua bentuk hambatan. Hambatan pertama dimaksudkan sebagai hambatan yang berada di luar individu tersebut, seperti tidak adanya akses dan pelatihan yang menyebabkan tidak mungkin terjadinya adopsi teknologi. Namun, mengatasi hambatan yang pertama tidak semerta-merta akan meningkatkan penggunaan teknologi pada seseorang. Hambatan yang kedua adalah hambatan yang berada pada pikiran seseorang yang yang tersembunyi dan berakar pada kebiasaan sehari-hari.  Hambatan yang kedua ini akan secara langsung mempengaruhi keefektifan penggunaan teknologi. 
  1. E-GOVERMENT
Definisi e-government menurut Bank Dunia adalah teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki pemerintah yang merubah hubungan dengan masyarakat, sektor swasta, dan kantor pemerintahan lain untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, akuntabiltas, transparansi, dan efisiensi pemerintah.
Pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas manajemen kepemerintahan dan pelayanan publik secara efektif dan efisien. 

  1. ANALISIS

    Anilisis Masalah

  1. Indeks kesenjangan digital cenderung semakin tinggi sesuai tingkat pendidikan, dan golongan. Indeks kesenjangan digital bila dilihat dari usia cenderung semakin rendah untuk grup usia yang lebih tua. Faktor usia ini cenderung lebih dominan dibandingkan yang lain terlihat dari faktor pendidikan, dimana grup S1, yang memiliki banyak anggota berusia diatas 45 tahun menyebabkan nilai indeksnya lebih rendah dari grup D3. Indeks kesenjangan digital berdasar jenis kelamin ternyata hampir tidak ada perbedaan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara pria dan wanita dalam lingkungan pekerjaan pemerintah kota Semarang.
  2. Hasil survey menunjukkan bahwa upaya pencapaian kemampuan TIK yang dilakukan responden masih dalam tingkat sedang, sementara tingkat kebutuhan kemampuan TIK di lingkungan pekerjaan tinggi dengan tingkat kebutuhan penggunaan komputer yang sangat tinggi Upaya pencapaian TIK yang berupa pelatihan TIK dan pengadaan pelatihan oleh organisasi masih dianggap kurang. Penghambat adopsi TIK yang paling besar adalah kurangnya pelatihan TIK yang diadakan.

Pemecahan Masalah
Terdapat perbedaan tingkat kemampuan TIK pegawai berdasar keikutsertaan pada pelatihan TIK. Tingkat literasi pegawai yang pernah mengikuti pelatihan TIK lebih tinggi dari yang belum pernah mengikuti pelatihan TIK, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan TIK dapat meningkatkan tingkat kemampuan TIK baik untuk pegawai laki-laki maupun perempuan secara signifikan.


  1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Dalam penelitian ini dihasilkan empat variabel yaitu indeks kesenjangan digital, pencapaian kemampuan TIK, kebutuhan kemampuan TIK, dan penghambat adopsi TIK.
  2. Variabel kebutuhan kemampuan TIK (X1), pencapaian kemampuan TIK (X2), dan penghambat adopsi TIK (X3) secara bersama-sama memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap kesenjangan digital (Y). 
  3. Kondisi saat ini dalam pemerintah kota Semarang menunjukkan bahwa hambatan adopsi TIK yang terbesar adalah kurangnya pelatihan. Selain itu upaya pencapaian TIK yang dilakukan pegawai untuk mengikuti pelatihan TIK dianggap masih kurang. Begitu pula dengan pengadaan pelatihan TIK oleh organisasi yang juga masih dianggap kurang.
  4. Pelatihan TIK berpengaruh terhadap tingkat kemampuan TIK baik untuk pegawai laki-laki maupun perempuan secara signifikan.
    Terdapat beberapa saran dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut :
  1. Hasil penelitian ini menunjukkan besarnya pengaruh variabel di luar variabel penelitian terhadap kesenjangan digital, sehingga sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan variabel-variabel lain yang berpengaruh. 
  2. Penelitian selanjutnya dapat meneliti elemen lain dari






Jumat, 09 Oktober 2015

Kesenjangan digital: kelangkaan, ketimpangan dan konflik

06.03 Posted by Bima prasetya adi pratama No comments

Konsep Dasar Digital Divide (Kesenjangan Digital)

Istilah ”kesenjangan digital” secara sederhana dijelaskan sebagai

ketidaksamaan dalam hal akses pada komputer dan internet antara

kelompok yang didasarkan pada satu atau lebih identifikasi sosial dan

kultural. Sebagai contoh kesenjangan digital adalah perbedaan akses pada

komputer dan internet antara kelompok wanita dan pria, usia tua dan

muda. 

Berdasarkan OECD tahun 2001, kesenjangan digital didefinisikan sebagai

berikut:

"....the gap between individuals, households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels with regard both to their opportunities to access information and communication technologies (ITs) and to their use of the Internet for a wide variety of activities ".1  

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan

terjadi antara tingkat individu, rumah tangga,bisnis, dan area geografi yang

tingkat sosial ekonominya berbeda, berdasarkan kesempatan mereka untuk

mengakses teknologi informasi dan komunikasi.

PENYEBAB TERJADINYA KESENJANGAN DIGITAL

  1. Infrastruktur
  2. Kekurangan skill (SDM)
  3. Kekurangan isi / materi (content)
  4. Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri




Dampak positif kesenjangan digital bagi sebagian orang yang belum mengenal atau menerapkan teknologi adalah masyarakat dapat termotifasi untuk ambil bagian dalam peningkatan teknologi informasi.




Dampak negatif kesenjangan digital




# Bagi mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.

# Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi.




SOLUSI MENGURANGI KESENJANGAN DIGITAL




a. Penyedian infrastruktur yang memadai

b. Memberikan penyuluhan tenteng kemajuan teknologi informasi

c. Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa


Rabu, 29 Juli 2015

MANUSIA DAN HARAPAN

04.59 Posted by Bima prasetya adi pratama No comments


Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung paa pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh.

PERSAMAAN HARAPAN DAN CITA-CITA

Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat. Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga dan anggota masyarakat lainnya.
Ada dua hal yang mendorong manusia hidup dalam pergaulan manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Menurut Maslow sesuai dengan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sabtu, 30 Mei 2015

MANUSIA DAN PENDERITAAN

08.29 Posted by Bima prasetya adi pratama No comments

Setiap manusia yang
hidup dimuka bumi ini pasti pernah merasakan sebuah penderitaan. Baik
penderitaan hati, bathin, jiwa, lingkungan dan juga alam. Sangat banyak
penderitaan yang terdapat didunia ini dari yang kecil hingga yang
terbesar. Tetapi semua penderitaan itu terjadi akibat faktor manusia itu
 sendiri. Setiap penderitaanpun memiliki banyak dampak juga untuk yang
mengalaminya.
Penderitaan adalah bahasa yang sering kita dengar. Penderitaan berasal 
dari kata derita.Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya
 menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. penderitaan bisa bersifat lahir dan
bersifat batin. Setiap manusia memiliki penderitaan yang berbeda –beda.
Manusia dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah, depresi
karena tekanan hidup, dan lain lain.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan
manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar
dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. 
Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain,
apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Menurut agama penderitaan itu adalah teguran dari tuhan. Penderitaan ada
 yang ringan dan berat contoh penderitaan yang ringan adalah ketika
seseorang mengalami kegagalan dalam menggapai keinginannya. Sedangkan
contoh dari penderitaan berat adalah ketika seorang manusia mengalami
kejadian pahit dalam hidupnya hingga ia merasa tertekan jiwanya sampai
terkadang Ingin mengakhiri hidupnya.
Penderitaan adalah termasuk realitas manusia di dunia. Namun peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas
penderitaan.Suatupristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum
 tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Penderitaan adalah bagian
dari kehidupan.
Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan
 berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja bahkan
seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang
diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.