Sabtu, 26 Desember 2015

Digital divide di Lingkup Pemerintahan Pada Era Teknologi Informasi

00.02 Posted by Bima prasetya adi pratama No comments

Mengatasi Digital divide di Lingkup Pemerintahan Pada Era Teknologi Informasi 
Pendahuluan 
Istilah digital divide atau dalam bahasa indonesia dapat diartikan kesenjangan digital mengacu pada fakta bahwa beberapa kelompok orang (si kaya) dapat menikmati akses dan menggunakan berbagai bentuk teknologi informasi modern secara teratur, sementara yang lain (si miskin) tidak dapat melakukannya. Fokus dari diskusi tentang kesenjangan digital telah bergeser dari waktu ke waktu. Pada era tahun 1990-an, fokusnya adalah pada akses terhadap komputer dan internet untuk masyarakat miskin, masyarakat di daerah pedesaan, dan kelompok-kelompok pada demografis tertentu di Amerika Serikat serta negara-negara maju lainnya. Karena semakin banyak orang memperoleh teknologi digital dan akses internet, fokusnya bergeser dan membagi di antara mereka yang memiliki broadband dan mereka yang tidak. Ada juga lebih fokus sekarang pada kesenjangan digital antara negara maju dan negara-negara miskin (Baase, 2013). Menurut Inpres No.3 Tahun 2003, disebutkan bahwa digital divide adalah keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi. Di Indonesia masih banyak dijumpai permasalahan kesenjangan digital ini di lingkup pemerintahan, khususnya pada saat implementasi e-government, sehingga hal tersebut secara tidak langsung menghambat pencapaian tujuan dari penerapan e-government di Indonesia. Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, misalnya, tampak sekali bahwa aplikasi e-government Indonesia masih tertinggal. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keterlambatan ini, dan tentu saja yang paling menentukan adalah kurang adanya komitmen untuk memperkecil kesenjangan digital kita dengan negara-negara maju disamping faktor infrastruktur dan kondisi geografis yang menyulitkan (Kumorotomo, 2009) Selain itu, pada Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government menyebutkan bahwa tuntutan perubahan merupakan motivasi e-government. E-government sendiri merupakan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) yang akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.   Gbr 1. Gambaran tentang Digital Divide (dahulu) Sumber: Eubanks (2007)
Pembahasan 
Pada awalnya kesenjangan digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap TIK dengan yang tidak. Kesenjangan digital juga merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakannya (Hargittai, 2003). Dengan hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan juga Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin melebar (Marlina, 2010).
Penyebab Terjadinya Digital divide Dalam kesenjangan digital juga terkait dengan kesetaraan memperoleh peluang, dengan demikian yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan terjadinya gap-gap tersebut?. Mengapa kesenjangan digital terjadi begitu besar?. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang paling utama adalah faktor infrastruktur. Contohnya, orang yang bisa mengkases komputer dan internet, tentu akan lebih cepat mengerjakan sesuatu hal bila dibandingkan dengan seseorang yang memakai mesin ketik. Hal inilah yang paling mendasar. Perekonomian masyarakat Indonesia belum merata, kesenjangan ekonomi sendiri juga terjadi. Di pihak lain, seperangkat teknologi harganya relatif mahal. Perangkat teknologi komputer misalnya baik hardware maupun softwarenya masih belum bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia

Dampak Positif dan Negatif Digital divide
Dengan hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin melebar. Sedangkan dampak negatif kesenjangan digital adalah bagi mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.  Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakaiannya. Jika digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan pihak lain. 
Referensi
Baase, Sara. 2013. “A Gift Of Fire : Social, Legal and Ethical Issues for Computing Technology” fourth edition. Prentice Hall, New Jersey.
Marlina. 2010. Digital divide. Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten. Eubanks, Virginia E. 2007. “Trapped in the Digital divide: The Distributive Paradigm in Community Informatics”.  http://ci-journal.net/index.php/ciej/article/view/293/318 tanggal akses 13 Desember 2013. Kumorotomo,Wahyudi. 2009. “Kegagalan  Penerapan e-government dan Kegiatan Tidak Produktif Dengan Internet”.  http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/kegagalanpenerapan-egov.pdf tanggal akses 16 Desember 2013. Heeks, Richard.2003. “Most e-government-for-Development Projects Fail: How Can Risks be Reduced?”. iGovernment Working Paper Series. Institute for Development Policy and Management. Manchester. Hargittai, Eszter. 2003. “The Digital divide and What To Do About It”. www.princeton.edu/~eszter/research/pubs/hargittai-digitaldivide.pdf tanggal akses 15 Desember 2013 Camacho, K. 2005.“ Digital divide, Multicultural Perspectives on Information Societies”, C & F Editions.